cryptocurrency LIBRARY (BELAJAR CRYPTO)

Ini yang Akan Terjadi Jika 12 Juta Bitcoin Habis Ditambang

blockchainmedia
Avatar photo
Written by Techfor Id

Sejak dibuat pada tahun 2009 lalu, Bitcoin masih menjadi mata uang kripto yang paling dominan dan paling diminati hingga saat ini di seluruh dunia.

Seperti yang diketahui sejak awal diciptakan, Bitcoin memiliki jumlah yang terbatas yakni hanya 21 juta unit, dan hingga kini tercatat ada 18,5 juta Bitcoin yang sudah ditambang.

Itu artinya, 80% lebih dari keseluruhan Bitcoin telah berhasil ditambang.

Rata-rata Bitcoin ini dimasukan ke pasokan Bitcoin dengan tarif tetap satu blok setiap sepuluh menit.

Selain itu, jumlah Bitcoin yang dirilis di masing – masing blok yang disebutkan di atas, berkurang 50% setiap empat tahun.

Banyak yang bertanya, lalu apa yang akan terjadi jika semua unit Bitcoin habis terjual?

Apakah tidak akan ada lagi Bitcoin baru yang dihasilkan dalam jaringan, atau malah sebaliknya?  

Dikutip dari Decrypt, blockchain Bitcoin telah dirancang dengan prinsip pasokan terkontrol.

Artinya, hanya ada batasan jumlah tertentu yang bisa dicetak dan ditambang tiap tahunnya hingga mencapai angka 21 juta bitcoin (BTC).

Jadi, setelah seluruh unit Bitcoin telah berhasil ditambang, maka tidak akan ada lagi Bitcoin yang dapat ditambang.

Adanya pasokan tambahan hanya dapat terjadi jika protokol Bitcoin berubah dan mengizinkan pasokan yang jauh lebih banyak. Jika tidak, batas maksimum akan tetap di 21 juta unit.

Perlu diketahui bersama, untuk memproses transaksi di jaringan Bitcoin, dibutuhkan mining atau aktivitas penambangan dengan proses kolektif yang menggunakan jasa komputer dari para penambang Bitcoin dari seluruh dunia.

Komputer yang digunakan pun tak sembarangan, karena membutuhkan tenaga komputer yang terbilang besar.

Sebagai imbalannya, sistem Bitcoin memberikan sejumlah kepingan Bitcoin baru untuk setiap rekaman transaksi (block) baru yang ditambahkan ke blockchain.

Proses ini tentu saja mengalami adaptasi dari waktu ke waktu.

Pencipta Bitcoin yakni Satoshi Nakamoto merancang Bitcoin selayaknya penambang emas.

Atau dapat dikatakan pula, mekanisme penerbitan unit Bitcoin baru dilakukan dengan mengemulasi penambangan emas, yakni dibuat menjadi langka serta sulit dan berbiaya mahal untuk ditambang.

Ketika Bitcoin pertama kali ditambang oleh Satoshi Nakamoto, ia masih mendapatkan Bitcoin baru sebanyak 50 keping.

Lalu pada tahun 2012, jumlah tersebut berkurang setengahnya menjadi 25 keping.

Di tahun  2016, jumlah tersebut berkurang lagi menjadi 12,5 Bitcoin.

Dan pada Februari 2021, penambang mendapatkan 6,25 Bitcoin untuk setiap blok baru yang ditambang.

Hal ini setara dengan sekitar $294.168,75 berdasarkan nilai 24 Februari 2021. Ini tentu saja secara efektif menurunkan tingkat inflasi Bitcoin setengahnya setiap empat tahun.

Menurut perhitungan dari sang pencipta Bitcoin, berdasarkan perkembangan teknologi saat ini, maka diprediksi keping Bitcoin baru akan habis pada tahun 2140 mendatang.

Itu artinya, masih ada setidaknya 120 tahun lagi sebelum seluruh Bitcoin habis tertambang.

Hal itu tentu saja disebabkan oleh proses halving atau pengurangan bertahap yang terjadi setiap empat tahun sekali.

Ketika halving terjadi, jumlah reward yang diterima penambang berkurang setengah dari tahun-tahun sebelumnya.

Adapun orang – orang yang akan sangat terdampak jika keping Bitcoin ini habis, adalah mereka yang terpengaruh langsung pada mata uang kripto ini, salah satunya ialah para penambang Bitcoin itu sendiri.

Banyak yang mengatakan, jika 21 juta pasokan Bitcoin telah berhasil tertambang, maka para penambang tersebut akan dipaksa keluar dari hadiah blok yang diterima untuk pekerjaan mereka.

Namun, bukan tidak mungkin pula untuk para penambang ini  akan terus berpartisipasi secara aktif dan kompetitif serta memvalidasi transaksi baru.

Alasannya adalah setiap transaksi Bitcoin memiliki biaya transaksi yang menyertainya.

Para penambang ini juga akan mendapatkan ‘upah’ ketika berhasil memverifikasi transaksi yang dilakukan oleh pengguna.

Semakin besar dan sulit transaksi yang dilakukan, maka imbalan yang akan didapatkan oleh penambang juga akan semakin besar.

Peningkatan harga Bitcoin juga menimbulkan kenaikan biaya transaksi penambang.

Sekalipun ini mungkin dianggap berita baik bagi penambang, namun tetap tidak ada jaminan bahwa biaya proses penambangan akan tetap tinggi di masa mendatang.

Dengan adanya kelangkaan pada Bitcoin di masa yang akan datang, hal ini tentu saja memungkinkan pengguna untuk meningkatkan nominal pembayaran mereka agar verifikasinya dapat didahulukan.

Besarnya biaya tersebut, akan membuat orang -orang enggan untuk menggunakan Bitcoin.

Bukan tidak mungkin, hasilnya di masa depan Bitcoin akan mati dengan mudah ketimbang jaringan keuangan yang menganut sistem sentralisasi.

NEXT TECHFORMATION,

Menggali Mata Uang Kripto hingga ke Akarnya

About the author

Avatar photo

Techfor Id

Leave a Comment

Click to ask
Hai, Tanya-Tanya Aja
Hi ini Windy, dari techfor

Windy bisa membantu kamu memahami layanan Techfor
Seperti

1. Kursus Online By Expert
2. Partnership Event dan Konten
3. Layanan liputan multimedia
4. Dan hal lain yg ingin kamu tau

Kirim saja pesan ini serta berikan salah satu nomor diatas atau beritahukan windy lebih jelas agar dapat membantu Kamu