Demensia atau demensia adalah penyakit yang mengakibatkan penurunan daya ingat dan cara berpikir. Kondisi ini berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, hingga aktivitas sehari-hari penderitanya.
Jenis demensia yang paling sering terjadi adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.
Alzheimer adalah demensia yang berhubungan dengan perubahan genetik dan perubahan protein di otak. Sedangkan, demensia vaskular adalah jenis demensia akibat gangguan di pembuluh darah otak.
Para peneliti di Universitas Cambridge di Inggris sedang menguji coba sistem kecerdasan buatan (AI) yang menurut mereka dapat menemukan tanda-tanda demensia setelah pemindaian otak tunggal.
Mengutip dari BBC, Tim yang dipimpin oleh Prof. Zoe Kourtzi dan Alan Turing Institute ini mengatakan kalau AI bisa memungkinkan untuk memulai pengobatan lebih awal guna memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer dan bentuk lain dari Demensia.
Teknologi ini dapat digunakan untuk menemukan pasien yang cenderung mengalami penurunan kognisi dan memori yang lambat, dan mereka yang memiliki perkembangan yang lebih cepat.
Menurut Alzheimer’s Society, Saat ini diperlukan beberapa pemindaian otak dan serangkaian tes kognitif lainnya untuk mendiagnosis demensia, sebuah proses yang dapat memakan waktu antara empat dan 12 minggu tergantung pada daftar tunggu.
AI telah dilatih menggunakan ribuan pemindaian otak dari pasien penderita demensia, dan menggunakan algoritme untuk mengidentifikasi pola yang bahkan tidak dapat dilihat oleh ahli saraf,
Selama uji coba praklinisnya, AI ini mampu mendiagnosis demensia sebelum gejalanya berkembang. Meskipun tidak ada tanda-tanda kerusakan yang jelas saat pemindaian.
Selama uji ini, ada sekitar 500 pasien yang didaftarkan ke uji klinis AI di Rumah Sakit Addenbrooke di Cambridge dan klinik memori lainnya di seluruh Inggris yang dipimpin oleh konsultan ahli saraf Dr Tim Rittman.
Dorongan utama dari proyek ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi pola penyakit awal yang spesifik untuk berbagai penyakit neurodegeneratif.
“Upaya global untuk mengatasi penyakit yang menyebabkan demensia saat ini terhambat oleh ketidakmampuan kita untuk mendeteksinya secara dini,” menurut Prof. Zoe Kourtzi.
“Teknologi digital memiliki potensi besar untuk menempatkan kita di posisi terdepan dalam hal mengidentifikasi penyakit seperti Alzheimer.” Tambahnya.
