TechforID – Cuaca Luar Angkasa hingga saat ini masih diselimuti banyak misteri. Beda dengan yang terjadi di bumi, di luar angkasa sendiri pergerakan manusia masih sangat terbatas dan sangat bergantung pada teknologi yang ada sekarang ini.
Namun seiring berjalannya waktu, tentu teknologi semakin canggih berkat Artificial Intelligence (AI), Machine Learning, Hingga Deep Learning, membuat banyak terobosan baru di berbagai sektor industri.
Memanfaatkan ketiganya, Aplikasi Cuaca Antariksa NASA mencoba Program Heliophysics Flight Opportunities in Research and Technology dengan menerbangkan empat CubeSats dengan tugas yang berbeda, yaitu :
- CubeSat Imaging X-Ray Solar Spectrometer (CublXSS),
- Sun Coronal Ejection Tracker(SunCET),
- DYNAGLO,
- dan Windcube
CubeSat sendiri adalah satelit kecil berbentuk kubus, dibangun dengan dimensi standar, yang menawarkan banyak keunggulan dibandingkan misi luar angkasa besar tradisional.
Karena relatif murah dibandingkan dengan misi satelit yang lebih besar, CubeSat sangat pas digunakan untuk mempelajari kondisi cuaca luar angkasa.
Tugas CubeSats NASA Dalam Meramal Cuaca Luar Angkasa
CubeSat Imaging X-Ray Solar Spectrometer (CubIXSS)
Misi CubeSat Imaging X-Ray Solar Spectrometer (CubIXSS) akan mempelajari asal usul plasma panas di suar matahari dan daerah aktifnya.

CubIXSS akan melakukan spektroskopi sinar-X lembut dari emisi korona menggunakan pendekatan baru yang menyediakan cakupan spektral yang belum pernah ada sebelumnya sambil tetap memberikan resolusi spasial yang memadai untuk membedakan emisi dari berbagai suar dan wilayah aktif.
Variasi emisi sinar-X lunak adalah pendorong signifikan perubahan di atmosfer atas bumi, termasuk ionosfer dan termosfer.
Variasi ini disebabkan oleh perubahan pada Matahari, termasuk peristiwa impulsif seperti semburan matahari serta proses yang lebih bertahap seperti evolusi dan rotasi daerah aktif.
CubIXSS akan mengukur variabilitas sinar-X lembut dari semua sumber ini, memberikan informasi cuaca luar angkasa penting dan saat ini tidak tersedia tentang masukan matahari ke atmosfer atas Bumi dan dampaknya pada ruang dekat Bumi.
Baca juga : NASA Siap Luncurkan Satelit Teleskop Luar Angkasa Baru
CubeSat Sun Coronal Ejection Tracker (SunCET)
Misi dari CubeSat SunCET yaitu memeriksa mekanisme fisik dominan yang mempercepat Coronal Mass Ejection (CME) / lontaran massa korona.
Coronal Mass Ejection CME adalah awan besar plasma surya dan medan magnet yang lepas dari Matahari setelah beberapa letusan matahari.
Mekanisme fisik ini sebagian besar beroperasi di korona tengah Matahari, wilayah yang secara historis kurang teramati.

SunCET akan memiliki detektor rentang dinamis tinggi simultan baru yang dapat menyelesaikan korona rendah dan tengah dari permukaan Matahari hingga 4 jari-jari matahari.
CubeSat ini sangat penting untuk melacak kemunculan CME, yang merupakan pendorong utama cuaca luar angkasa yang parah.
CubeSat DYNamics Atmosphere GLObal-Connection (DYNAGLO)
Misi dari DYNAGLO yaitu mengisi celah pengamatan penting cuaca luar angkasa di wilayah ionosfer-termosfer.

DYNAGLO akan menjadi yang pertama dari jenisnya, menyediakan pengukuran gelombang gravitasi termosfer global dan memungkinkan karakteristiknya dikorelasikan dengan sumber gelombang gravitasi yang diketahui.
Misi ini akan membantu manusia memahami bagaimana gelombang gravitasi atmosfer, yang disebabkan oleh variasi kepadatan kantong udara yang berbeda, berkontribusi pada keseimbangan energi dan momentum di termosfer.
CubeSats Windcube
CubeSats Windcube akan mempelajari pengaruh angin termosfer pada ionosfer bumi menggunakan interferometer faktor bentuk kecil yang canggih.

Angin termosfer menanggapi perubahan magnetosfer dan sangat penting untuk memahami perilaku ionosfer di berbagai garis lintang dan skala spasial.
Dengan memeriksa hubungan ini, WindCube akan memungkinkan peningkatan pemodelan ionosfer dan dampak cuaca luar angkasa yang terkait.
Baca artikel selanjutnya :