AI & Data Science Future of farming & medicine

Tiga Fokus Intel untuk Dunia Metaverse, Apa Saja?

Avatar photo
Written by Techfor Id

TechforID – General Manager of the Accelerated Computing Systems and Graphics Intel, Raja Koduri mengatakan, Metaverse akan menjadi masa depan komputasi, setelah world wide web (WWW) dan mobile.

Menurut dia, teknologi yang ada saat ini masih belum mampu untuk mewujudkan visi dari metaverse itu sendiri. Koduri mengatakan, untuk mewujudkan metaverse dibutuhkan peningkatan efisiensi komputasi hingga 1.000 kali lipat dari teknologi yang sudah ada.

Saat ini, kata dia, Metaverse merupakan sebuah konsep dunia virtual dan augmented reality, real-time, dan saling terhubung secara global. Memungkinkan miliaran orang untuk bekerja, bermain, berkolaborasi dan bersosialisasi dengan cara yang benar-benar baru.

Di metaverse, setiap orang akan direpresentasikan dengan avatar lengkap dengan detail pakaian, warna rambut, warna kulit, dan aksesori yang realistis. Avatar sendiri merupakan representasi grafis dari pengguna, atau sederhananya, wujud virtual dari pengguna.

Semuanya akan ditampilkan secara real-time, berdasarkan data sensor yang menangkap objek 3D dunia nyata, gerakan dan audio. Data sensor itu terpasang di beberapa perangkat, seperti headset Virtual Reality (VR) dan sarung tangan haptic.

“Ratusan juta pengguna hadir secara bersamaan di Metaverse, infrastruktur komputasi, penyimpanan. Jaringan tak cukup untuk mewujudkan visi tersebut,” kata Koduri.

Untuk mewujudkan metaverse, seluruh saluran internet akan membutuhkan peningkatan besar, termasuk bagi produk-produk Intel sendiri.

“Untuk menghadirkan kemampuan komputasi yang benar-benar persisten dan imersif di Metaverse. Dibutuhkan peningkatan efisiensi komputasi hingga 1.000 kali lipat dari yang ada saat ini,” kata Koduri.

Peningkatan hingga 1.000 kali lipat itu tidak bisa dicapai hanya melalui hardware saja. Berdasarkan Hukum Moore, kapasitas komputasi hardware hanya akan meningkat delapan atau 10 kali lipat dalam lima tahun mendatang.

Peningkatan itu masih sangat jauh untuk mewujudkan Metaverse yang bisa diakses oleh miliaran manusia secara langsung.

Baca juga: Ascento Pro, Robot Mirip AT-ST Walker Star Wars

Hukum Moore atau Moore’s Law menyebutkan jumlah transistor di dalam integrated circuit (inti chip) bakal berlipat ganda setiap dua tahun.

Transistor adalah blok-blok kecil di dalam produk semikonduktor yang bertugas untuk mentenagai dan menopang kinerja produk tersebut. Artinya, secara teori, jika jumlah trasistor yang disertakan di dalam produk semikonduktor semakin banyak, maka performa produk itu juga akan semakin mumpuni.

Selain hardware, Koduri secara optimis memperkirakan bahwa algoritma dan peningkatan software akan membantu meningkatkan daya komputasi yang dibutuhkan untuk mewujudkan metaverse.

Tiga Fokus Intel untuk Metaverse

Koduri mengatakan, Intel berkomitmen untuk mengembangkan internet masa depan memanfaatkan dan meningkatkan standar industri yang ada, serta menciptakan teknologi yang baru.

Untuk saat ini, menurut Koduri, Intel sudah mulai mengerjakan teknologi yang mampu mendukung metaverse, yakni dapat dikategorikan dalam tiga aspek.

Aspek pertama adalah Meta intelligence. Pada aspek ini, Intel berfokus mengembangkan model pemrograman terpadu dan alat pengembangan software dan library open-source untuk memungkinkan developer menyebarkan aplikasi kompleks dengan lebih mudah.

Aspek kedua adalah Meta Ops. Aspek ini menggambarkan infrastruktur yang menyediakan kemampuan komputasi kepada pengguna.

“Terakhir ada aspek Meta compute sebagai horsepower (tenaga kuda) yang diperlukan untuk memberi daya pada pengalaman metaverse ini,” kata Koduri.

Koduri merinci, produk-produk Intel yang ada saat ini sudah bergerak menuju ke metaverse. Misalnya, dengan prosesor Intel core, Interl dapat mendukung pengalaman bermain game, menggunakan VR/AR, dan animasi realistis dalam film.

Di bidang cloud (komputasi awan) dan pusat data, Intel punya prosesor Intel Xeon yang didesain untuk mengoptimalkan latensi transaksi minimal dan throughput maksimum.

“Ada pula prosesor Intel Edge yang dapat diprogram di lapangan, dan solusi 5G menjembatani kesenjangan cloud-to-edge, yang akan sangat penting untuk kebutuhan komputasi metaverse yang terdistribusi dan masif,” kata Koduri.

Di samping itu, pada 2022 mendatang, Intel juga memiliki arsitektur pengolah grafis (GPU) Ponte Vechhio yang merupakan turunan dari arsitektur grafis Xe.

Prosesor ini ditujukan untuk pemakaian di data center untuk tugas-tugas terkait kecerdasan buatan (AI) dan high-performance computing (HPC).

Mengutip dari The Verge, karena keluarga Xe yang turut mencakup arsitektur GPU gaming, Ponte Vecchio dapat mempercepat komputasi dan visualisasi berkinerja tinggi.

“Kami juga memiliki roadmap multigenerasi XPU berkinerja tinggi dari klien melalui edge ke cloud yang menggerakkan kami menuju komputasi zettascale (1 zettabyte= 8,7 triliun gigabyte) dalam lima tahun ke depan,” kata Koduri.

Baca artikel selanjutnya:

About the author

Avatar photo

Techfor Id

Leave a Comment

Click to ask
Hai, Tanya-Tanya Aja
Hi ini Windy, dari techfor

Windy bisa membantu kamu memahami layanan Techfor
Seperti

1. Kursus Online By Expert
2. Partnership Event dan Konten
3. Layanan liputan multimedia
4. Dan hal lain yg ingin kamu tau

Kirim saja pesan ini serta berikan salah satu nomor diatas atau beritahukan windy lebih jelas agar dapat membantu Kamu