TechforID – Para peneliti di Swiss Federal Institute of Technology Lausanne (EPFL) membuat lengan robot yang bisa dikendalikan dengan kekuatan otak manusia.
Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Aude Billard dan Jose del R. Millan ini menggabungkan lengan robot, algoritma pembelajaran mesin (Machine Learning), dan antarmuka otak – komputer.
Lengan robot ini menciptakan sarana untuk membantu pasien tetraplegia, yaitu mereka yang tidak dapat menggerakkan tubuh bagian atas atau bawah.
Walau ini bukan pertama kalinya otak manusia digunakan untuk mengendalikan robot, tetapi teknologi ini mengambil langkah jauh dengan memperkirakan dan memahami sinyal otak tanpa masukan dari pasien.
Para tim peneliti menggunakan algoritme pembelajaran mesin untuk menafsirkan sinyal dari otak pasien dan menerjemahkannya ke dalam artikulasi lengan robot.
Aktivitas otak pasien dipantau oleh tutup EEG yang secara efektif memindai aktivitas listrik di dalam kepala pasien.
Gelombang otak ini kemudian akan dikirim melalui komputer untuk ditafsirkan oleh algoritma pembelajaran mesin.
Algoritma lalu menerjemahkan sinyal otak saat pasien melihat kesalahan, menyimpulkan secara otomatis saat otak tidak menyukai tindakan tertentu.
Baca juga : EBrains, Robot Yang Bisa Belajar Menggabungkan Visual dan Sentuhan
Dalam penelitian tim, mereka menggunakan lengan robot dengan kaca. Lengan akan bergerak ke arah kaca dan otak pasien akan memutuskan apakah mereka merasa terlalu dekat atau terlalu jauh.
Proses ini diulang sampai robot memahami rute optimal untuk preferensi individu dimana tidak terlalu dekat dengan risiko tetapi tidak terlalu jauh untuk membuang pergerakan.
“Sinyal otak yang kita rekam tidak akan pernah sama. Kami memiliki variabilitas dari waktu ke waktu dan ini wajar. Mengapa? Karena jika saya menggerakkan tangan, otak tidak hanya fokus pada itu, otak memproses banyak hal lain,” kata Prof Millán.
“Jadi fakta bahwa ada variabilitas ini berarti bahwa decoder kami tidak akan pernah 100 persen akurat.” Tambahnya
Namun, melalui algoritma pembelajaran mesin yang digunakan dalam penelitian ini, lengan robot dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang variabilitas untuk memprediksi sinyal otak dalam situasi tertentu.
Misalnya, preferensi jarak saat bergerak melewati gelas atau, dalam keadaan praktis, seberapa dekat pasien tetraplegia di kursi roda dengan orang lain di jalan.
Menerapkan algoritme ke kursi roda adalah contoh ke mana arah teknologi di masa depan.
Dimana teknologi ini akan memungkinkan orang di kursi roda untuk memiliki kontrol yang lebih besar atas gerakan, kecepatan, dan keselamatan umum mereka.
Baca artikel selanjutnya :