Internet memang tempat dimana semua orang bebas menyampaikan pendapatnya. Tapi seringkali ia dijadikan platform untuk melakukan hal-hal buruk, penyebaran berita Hoax misalnya.
Hoax atau Disinformasi (menyampaikan berita palsu) kian dijadikan jalan pintas untuk mencapai tujuan tertentu.
Parahnya ia bahkan punya kekuatan untuk mengubah hasil pemilu, memperkuat teori konspirasi, dan bahkan menabur perselisihan.
Steven Smith, anggota staf dari Kelompok Algoritma dan Arsitektur Perangkat Lunak Kecerdasan Buatan Laboratorium MIT Lincoln,
adalah bagian dari tim yang berangkat untuk lebih memahami kampanye ini dengan meluncurkan program Reconnaissance of Influence Operations (RIO).
Tujuan program ini adalah menciptakan sistem yang secara otomatis mendeteksi narasi disinformasi serta individu-individu yang menyebarkan narasi dalam jaringan media sosial.
Awal tahun 2020, tim Steven sudah menerbitkan makalah tentang pekerjaan mereka di Prosiding National Academy of Sciences dan mereka menerima penghargaan R&D 100 musim gugur lalu.
![](https://www.techfor.id/wp-content/uploads/2021/05/hoax.png)
Proyek ini dimulai sejak tahun 2014 ketika Smith dan rekannya mempelajari bagaimana kelompok jahat dapat mengeksploitasi media sosial.
Mereka melihat aktivitas yang meningkat dan tidak biasa dalam data media sosial dari akun yang terkesan mendorong narasi pro-Rusia.
Baca Artikel Lainnya :
Dalam 30 hari menjelang pemilihan, tim RIO mengumpulkan data media sosial secara real-time untuk mencari dan menganalisis penyebaran disinformasi.
Secara total, mereka mengumpulkan 28 juta postingan Twitter dari 1 juta akun.
Kemudian, dengan menggunakan sistem RIO, mereka dapat mendeteksi akun disinformasi dengan ketepatan hingga 96 %.
Apa yang membuat sistem RIO unik adalah ia menggabungkan beberapa teknik analitik untuk menciptakan pandangan yang komprehensif tentang di mana dan bagaimana narasi disinformasi menyebar.
![](https://www.techfor.id/wp-content/uploads/2021/05/hoax2.png)
Erika Mackin, anggota tim peneliti lainnya, juga menerapkan pendekatan pembelajaran mesin (Machine Learning) baru yang membantu RIO
mengklasifikasikan akun ini dengan melihat data yang terkait dengan perilaku seperti apakah akun tersebut berinteraksi dengan media asing dan bahasa apa yang digunakannya.
Pendekatan ini memungkinkan Dot Per Inch (DPI) untuk mendeteksi akun penyebar bebrita hoax yang aktif dalam berbagai kampanye, mulai dari pemilihan presiden Prancis 2017 hingga penyebaran disinformasi COVID-19.
Aspek unik lain dari RIO adalah ia dapat mendeteksi dan mengukur dampak akun yang dioperasikan oleh bot dan manusia, sedangkan sebagian besar sistem otomatis yang digunakan saat ini hanya mendeteksi bot.
DPI juga memiliki kemampuan untuk membantu mereka yang menggunakan sistem untuk memperkirakan bagaimana tindakan pencegahan yang berbeda dapat menghentikan penyebaran kampanye disinformasi tertentu.
Tim membayangkan DPI digunakan oleh pemerintah dan industri serta di luar media sosial dan di ranah media tradisional seperti surat kabar dan televisi.