Siska Felicia alumni dari sekolah pemrograman website ternama www.babastudio.com dengan banyak prestasi termasuk diantaranya adalah menjadi UI& UX desainer www.tiket.com 2.0 adalah seorang pekerja kreatif yang sangat menyukai ilustrasi, design UI dan UX. Dia tinggal di Jakarta dengan segudang hobi menawan seperti membuat sketsa, lukisan dinding. Pencinta film dan kopi ini berharap suatu hari nanti bisa berkeliling dunia.
Well, kali ini dia akan membagi pengalamannya kepada techfor.id tentang Teori Hooked dalam UI dan UX.
Teori Hooked itu seperti apa?
Ini seperti feedback dimana jika kita sudah jadi si pemancing yang belum memiliki kail atau anggap saja kita sudah memiliki kail tapi umpan yang kita tawarkan tidak cocok hingga ikan – ikan tidak mau mendekati pancingan kita. Ini dinamakan teori Hooked. Ini juga cocok buat produk online untuk membuat awareness-nya.
4 Point penting dalam teori Hooked
Okey. Dalam teori ini, ada empat yang harus diperhatikan yaitu: trigger, action, rewards, investment. Nah, kalo di online itu triggernya sale atau diskon.
Pertama adalah trigger external dan kedua trigger internal.
Tapi ada dua trigger yang dikenal yaitu Trigger external ada iklan dan kemudian UI dan UX nya dibuat sebagus mungkin agar orang mau mengklik karena jelas produknya. Lebih mudah ringan di klik misalnya. Tapi kita tidak bisa cuma sampai disitu. Karena yang lebih penting adalah trigger internal. Apa itu trigger internal? Itu adalah emosi orang-orang. Contohnya seperti iklan-iklan sekarang yang dibuat dengan film pendek yang sedih. Misalnya, ibunya meninggal atau anjingnya hilang atau pacarnya selingkuh. Semua dibuat sedramatis mungkin demi menciptakan emosi yang kuat. Pada titik itu, feeling orang kita kuasai.
Begini, zaman sekarang orang sudah tidak lagi hard-selling tapi yang diincar bagaimana men-touch perasaan konsumennya, mengincar orangnya. Menyentuh feeling dan emosinya. Ironisnya, negative feeling itu adalah yang super power seperti rasa takut, rasa kehilangan. Contoh, saat kita mau ke kantor techfor.id dan kita merasa negative feeling kita keluar. Wah, takut tersesat atau nyasar kemana-mana maka kita akan buka google maps misalnya. Beda dengan positive feeling. “Ah .. saya sudah biasa ke techfor.id. jadi tinggal jalan karena tidak mungkin nyasar”. Apapun itu, dimana-dimana negative feeling sangat menguasai orang – orang didunia ini. Jadi, buatlah produk yang benar-benar dibutuhkan dimana orang berpikir, jika kita tidak menggunakan produk ini maka mereka akan merasa kurang.
Baca juga artikel terkait : Bagaimana Peran UI & UX Membuat Pengunjung Nyaman
Contohnya?
Mari kita lihat produk – produk besar seperti Facebook. Teman di dunia maya lebih banyak daripada teman didunia nyata. Duduk bareng aja malah buka Facebook. Google, ini sangat luar biasa. Anak SD saja sekarang mau belajar tinggal tanya “mbah” google. Apa-apa yang kita mau cari tahu pasti cari di google. Ada perasaan unsecured bahwa kita belum memastikan sesuatu jika kita belum menemukan itu di google. Ini benar tidak sih tokonya? Ini alamatnya benar enggak? Coba searching dulu di google. Setelah lihat, baru kita yakin. Kemudian Instagram. Kita follow orang orang yang kita inginkan atau kita sukai dan ada perasaan takut jika kita enggak update instastorynya yang hanya bertahan 24 jam. Semua ini di buat berdasarkan rasa takut, takut kurang update, takut nyasar, takut salah dan sebagainya.
Tempat Kursus Komputer Terbaik | Digital Marketing, Programming, SEO, Dll.
Cukup gamblang, bagaimana dengan action, reward dan investment?
Action
Itu bentuk dari tindakan yang paling sederhana. Setelah trigger ada tindakan dan motivasi. Misalnya, ada tas lagi diskon, saya langsung beli karena tas saya kurang atau ada teman saya yang baru membeli tas bagus dan saya juga tidak mau kalah. Saya beli karena ada motivasi yang membuat saya ingin membeli tas tersebut. Setelah motivasi maka ada yang disebut dengan kemampuan untuk membeli. Ini juga harus kita ukur. Sejauh mana kemampuan orang untuk membeli produk tersebut.
Rewards
Setelah membeli barang kita maunya kan dapat rewards. Iya kan? Misalnya kita beli barang di shopee dapat hadiah poin atau dapat cashback. Tokopedia misalnya dengan lucky egg cukup menyenangkan. Sangat menarik karena kita enggak tau nih dapat apa didalam telornya. Tentu sangat seru bisa kita main untuk memecahkan telornya. Antara pembeli dan penjual itu harus ada hubungan yang bagus. Dengan memberikan rewards, maka kita seperti memberikan pride pada pembeli kita. Rewards tidak harus berupa materi. Instagram misalnya, saat kita mengupload foto yang bagus, tiba tiba ada likes yang banyak dan juga followers bermunculan satu satu. Itu juga bisa disebut rewards.
Investment
Seperti para blogger yang susah move on ke Instagram karena mereka sudah memiliki nama didunia blogger dan tentu saja menghasilkan uang dengan memiliki adsense banyak. Invest itu memberi ruang bagi orang yang susah untuk keluar dari tempat yang sudah membesarkan namanya.
Itulah 4 point penting dalam teori Hooked yang dapat membuat user UI & UX merasakan kenyamanan dalam mengunjungi suatu website atau menggunakan suatu produk.
Nikmati kursus gratis ui ux yang ada di http://academy.techfor.id .
Jika anda ingin bertanya kepada Siska Felicia. Anda bisa input pertanyaannya pada kolom di bawah .
Tq Mba .. sharing yang sangat bermanfaat
[…] Baca Artikel Terkait : Teori Hooked Dalam UI/UX Menurut Web Designer Ternama […]
[…] Teori Hooked Dalam UI/UX Menurut Web Designer Ternama […]
[…] Baca Juga : Teori Hooked Dalam UI/UX Menurut Web Designer Ternama […]
[…] Teori Hooked Dalam UI/UX Menurut Web Designer Ternama […]