Siapa sih yang nggak tahu portal berita online brilio.net?
Meskipun hadir dengan konten yang inovatif dan menyasar millenial, tetap saja ada banyak media baru yang tertarik menjadi pesaing brilio.
Danny Purnomo, CEO Brilio Ventura Indonesia, mengaku tak mau ambil pusing soal hal tersebut. Menurut Danny, setiap media yang ada di Indonesia memiliki pasarnya tersendiri.
“Kompetitor nggak bisa dipungkiri ada banyak banget, apalagi media digital yang kayaknya tiap bulan bermunculan satu yang baru. Kalo ngomongin kompetitor, kita nggak anggap mereka kompetitor karena setiap media itu akan berbeda.” kata Danny di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dan orang sekarang udah tau, udah aware, untuk memilih konten seperti apa. Dan kita (brilio) menampilkan bukan media kita itu apa tapi konten yang kita keluarkan itu apa,” Tambah Danny.
Baca Juga : Ingin Jadi Data Scientist? Pelajari Skillset Berikut Ini!
Mengunggulkan konten, brilio berhasil mengukuhkan posisinya sebagai 20 besar media terbesar di Indonesia menurut situs Alexa. Danny pun bercerita bagaimana cara brilio untuk terus menemukan ide segar untuk membuat konten-konten menarik.
“Ide itu banyak dateng dari ngobrol sama orang. Ketemu sama orang itu pasti ada 1 ilmu baru yang kita dapet, dari situ akan timbul ide baru, ‘Oh bisa nih melakukan hal seperti ini’ ketika kita ketemu problem. Ide kebanyakan dateng dari semakin banyak kita ketemu orang,” jelas Danny.
Jika kompetitor dan ide tidak menjadi masalah yang berarti bagi Danny, ternyata tantangan terbesar bagi CEO muda itu berasal dari dirinya sendiri. Danny pun berbagi kisahnya kepada TechforID.
“Paling susah ketika kita set up Brilio ini sebagai startup. Menurut saya startup itu punya 2 jalur, pertama ngomongin evaluation, which is good yang kedua tentang sustainability dari perusahaan tersebut. Kalo liat startup lain banyak yang terjebak dalam membesarkan value perusahaan supaya investor tertarik.
Tapi pada kenyataannya ketika kita ada investor, sampai di titik kita nggak punya investor, challenge kita itu gimana cara bikin perusahaan tetep sustain. Saya di Brilio lebih ke sana, karena kita udah mengalami susahnya cari investor sampe akhirnya kita memutuskan untuk sustain dari sisi perusahaan sendiri,” ungkap Danny.
Karena sibuk untuk membesarkan nama Brilio, Danny berharap dirinya bisa memiliki skill dan pengalaman lebih banyak sebagai CEO.
Baca Juga : Ingin Jadi CEO Muda? Kenali Dulu Profesinya!
Maka dari itu, Danny berharap di dunia pendidikan, setiap murid atau mahasiswa diberikan kesempatan lebih untuk mengembangkan dirinya agar bisa lebih percaya diri dan matang dalam berbicara dengan rekan baru yang ditemui saat bekerja.
“Saya dulu pas kecil, disuruh perform di sekolah nggak berani. Bahasa Inggris juga anggak belepotan. Pertama kali dateng ke Jakarta, job pertama saya harus presentasi di depan orang bule. Itu ketakutan saya. Kenapa saya nggak dapet ilmu ini ketika saya di kuliah ataupun SMA. Masih dapet, tapi mungkin pas kuliah presentasi lebih ke ilmu yang lagi kita pelajarin, bukan tentang kalian harus nge-bid something. Itu tuh pelajaran berharga sih,” kata Danny.
Setelah mendengar penjelasan bos Brilio, kamu jadi tertarik menjadi CEO dengan menciptakan media sendiri? Eits, ingat, jadi CEO harus berkorban banyak, lho! Salah satunya adalah berkorban waktu.
Tempat Kursus Komputer Terbaik | Digital Marketing, Programming, SEO, Dll.
“Hobi saya golf. Kebetulan sejak set up Brilio udah nggak ada waktu. Fokus sama kerjaan dan keluarga. Hobi nomor 3. Udah nggak seperti dulu karena waktu saya habis buat ini dan keluarga. Karena energi saya itu dateng dari keluarga. Setiap kali pulang kerja walaupun malem, ngeliat anak tidur itu kayak energi buat saya. Yang kedua energi saya dari target sendiri. Karena secara personal saya punya target, punya ambisi, itu yang saya kejar,” jelas Danny.
Tapi jangan khawatir. Meski banyak memakan waktu, menjadi CEO adalah hal yang menyenangkan. Kamu bisa bertemu dengan banyak orang, mulai dari karyawan, partner bisnis, investor yang berasal dari berbagai bidang ilmu.
Kamu juga punya wewenang besar akan ke mana arah perusahaan kamu. Asal kamu harus bisa mengatur waktu antara pekerjaan dan kehidupan kamu sebagai makhluk sosial dan jangan putus asa jika menemui kebuntuan di tengah jalan.
“Ketika orang udah di level CEO, udah mengalami perjalanan yang panjang. Walaupun baru setahun dia udah jadi CEO atau 10 tahun jadi CEO. Dalam rentang waktu perjalanan itu pasti nggak semuanya mulus sampe ke level CEO. Ketika dia udah stuck di level CEO, saran saya balik lagi ke gimana cara dia nyampe di situ. Bisa jadi ambisinya yang padam atau gimana itu yang harus dikembalikan.” Kata Danny.
Jadi CEO itu 24 jam tapi bukan berarti nggak pernah tidur atau istirahat, tapi kita harus ready setiap saat. Ketika ngomongin kehidupan pribadi, saya mencoba weekend nggak pernah nyentuh kerjaan meskipun belum berhasil sampe sekarang. Paling nggak tetep ada waktu yang kita luangin untuk keluarga. Tiap hari pasti akan ada meeting. Hectic atau nggak nya itu tergantung, harus bisa bagi waktu,” jelas Danny.
Siapkah kamu membagi waktu untuk bekerja dan keluarga? Kalo iya, kenapa nggak ikutin jejak Danny Purnomo bikin media sendiri? Share pendapat kamu di kolom komentar, ya!